Sunday 13 May 2012

Penipuan Ore ore

TOKYO (Berita SuaraMedia) – Insiden pencurian kecil berubah menjadi laporan kejahatan terorganisir  yang mengincar korban gempa bumi Kanto-Tohoku di utara Jepang.
"Kami pertama mendengar tentang laporan kejahatan yang sebagian besar hanya orang-orang yang memunguti barang-barang yang hanyut dari rumah-rumah atau membobol mobil untuk melihat apa yang bisa mereka temukan," ujar Yoshihisa Sasaki, juru bicara pemerintah kota di Ofunato. "Tapi itu telah berubah dan sekarang kami mendengar tentang penipuan ‘ore-ore’." Istilah itu diambil untuk menggambarkan penjahat yang membuat banyak panggilan telepon misalnya kepada seorang datuk supaya percaya bahwa cucu mereka perlukan wang. Nombor akaun diberikan melalui telefon bimbit yang benar benar memaparkan no cucu datuk tersebut!!!
Penipuan itu telah terjadi selama bertahun-tahun, dengan para penjahat yang dengan cepat mengetahui bahawa orang-orang tua adalah yang paling rentan terhadap permohonan agar mengirimkan uang ke sebuah rekening bank dengan tujuan untuk membantu membayar denda tilang atau menutup kerugian akibat kecelakaan mobil ringan. Orang tua dikenalpasti mempunyai simpanan wang yang banyak serta mudah kasihan terhadap permintaan cucu mereka. Apabila wang dah dibank in, atuk tanya pada cucu , cucu terpinga pinga sebab tak tau apa apa! Benar nombor telepon boleh dimanipulasi oleh komputer memaparkan nombor nombor nombor yang dikehendaki oleh si penipu !!! Beberapa korban diperas uangnya dalam periode waktu yang lama. Taktik yang sama tampaknya digunakan oleh penipu yang menirukan korban dan berusaha meyakinkan kerabat orang-orang di zona bencana untuk mengirimkan mereka uang.
"Kami juga mendengar tentang orang yang berpakaian rapi pergi ke tiap rumah dan mengklaim bahwa mereka dari bank," ujar Sasaki. "Mereka mengatakan pada orang-orang untuk memperbarui catatan mereka dan perlu mendapatkan nomor PIN mereka dan membawa buku tabungan mereka pergi." Kejahatan lainnya lebih oportunistik, seperti raibnya 40 juta yen dari credit union di kota Kesennua antara ketika tsunami menerjang dan polisi lokal yang diberitahu 11 hari kemudian. Sistem keamanan bank tampaknya rusak akibat gempa berskala 9 skala richter itu dan kekuatan gelombang membuka brangkas penyimpanan.
Terdapat juga laporan sporadis tentang para wanita yang dilecehkan secara seksual di beberapa kota, terutama di kota Ishinomaki yang rusak parah, di mana toko-toko yang menjual alkohol dijarah sampai habis. Sementara itu, di tengah kurangnya bahan bakar untuk kremasi, Jepang mulai mengubur beberapa korban tewasnya dalam kuburan massal sementara. Di kota Higashi-Matushima, sebuah mesin penggali digunakan untuk menggali dua lubang panjang di mana papan-papan kayu digunakan untuk menandai tempat peristirahatan terakhir dari dua lusin korban.
Beberapa dari mereka dibalut dengan seprai karena kurangnya peti mati, di bawah pengawasan seorang biksu Budha. Pemerintah kota mengatakan 1,000 jenazah akhirnya bisa disemayamkan di situs itu. (rin/tg) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment